Bandung, 8 Oktober 2025—Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) Tingkat Provinsi Jawa Barat 2025 resmi dibuka di Kota Bandung, Selasa (7/10). Kegiatan tahunan ini menjadi puncak dari rangkaian program Revitalisasi Bahasa Daerah (RBD) yang diinisiasi oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) bekerja sama dengan pemerintah daerah. Kegiatan pembukaan yang berlangsung meriah itu dihadiri oleh Wali Kota Bandung, Kepala Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat, serta para kepala unit pelaksana teknis Kemendikdasmen di wilayah Jawa Barat.
Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat, Herawati, menyampaikan bahwa FTBI tahun ini diikuti oleh peserta dari 27 kabupaten/kota yang terdiri atas 378 siswa SD dan 364 siswa SMP. “Rangkaian revitalisasi bahasa daerah di Jawa Barat dimulai dengan koordinasi antarinstansi, diskusi kelompok terpumpun, diseminasi, dan pelatihan peningkatan kompetensi guru bahasa daerah yang disertai dengan FTBI dari tingkat kecamatan hingga provinsi,” ujarnya.
Menurut Herawati, kegiatan FTBI bukanlah akhir dari program revitalisasi, melainkan bagian penting dari upaya pelestarian berkelanjutan. “FTBI merupakan wadah apresiasi penutur muda bahasa Sunda yang telah menumbuhkan rasa cinta terhadap bahasa dan budaya Sunda,” katanya. Ia menambahkan bahwa tujuh mata lomba yang digelar—mulai dari nembang pupuh, biantara, ngarang carpon, maca jeung tulis aksara Sunda, borangan (komedi tunggal), maca sajak, hingga ngadongeng—menjadi ruang ekspresi generasi muda untuk memartabatkan bahasa ibu mereka.
Herawati menegaskan bahwa bahasa Sunda adalah aset bangsa yang tidak ternilai. “Keberagaman 718 bahasa daerah di Indonesia telah menjadi manikam Nusantara. Kearifan lokal yang adiluhung tersimpan dalam bahasa daerah,” ucapnya. Ia juga berharap pemerintah daerah lebih aktif mengambil peran. “Kami berharap RBD atau FTBI pada tahun mendatang dapat dikoordinasikan oleh pemerintah daerah. Antusiasme dan respons positif dari pemerintah daerah sangat penting karena pelestarian bahasa daerah merupakan tanggung jawab bersama,” ujarnya.
Senada dengan hal tersebut, Kepala Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Imam Budi Utomo, mengingatkan pentingnya menjaga bahasa daerah di tengah ancaman kepunahan. “Saat ini, dari 718 bahasa daerah, sebelas sudah punah. Sebanyak 25 persen masih tergolong aman seperti bahasa Sunda, Jawa, Banjar, dan Bali, sedangkan 75 persen lainnya dalam kondisi memprihatinkan,” ujar Imam.
Imam menyoroti bahwa bahasa yang dianggap aman pun menghadapi tantangan besar. “Bahasa Jawa dan Sunda yang aman ternyata tidak aman-aman betul. Seberapa banyak anak muda sekarang yang bisa membaca dan menulis aksara Sunda, seberapa banyak yang bisa menembang daerah?” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa revitalisasi bahasa daerah yang dilakukan Kemendikdasmen bersama pemerintah daerah adalah langkah konkret menjaga warisan bangsa. “Upaya kita ini tidak sekadar slogan di atas kertas, tetapi implementasi nyata di lapangan. Kita harus mempertahankan agar upaya pelestarian bahasa daerah menjadi kerja bersama, bukan jalan sendiri-sendiri,” tutup Imam.
Sementara itu, Wali Kota Bandung, M. Farhan, menyampaikan rasa syukur atas terselenggaranya FTBI di Kota Bandung yang dikenal sebagai pusat peradaban budaya di Jawa Barat. “Kota Bandung merupakan melting pot, semua budaya ada di sini,” ujarnya. Ia menuturkan hal tersebut dalam pidato sambutannya menggunakan bahasa Sunda untuk membuktikan kecintaan dan kepiawaiannya dalam berbahasa ibu.
“Basa téh cicirén bangsa, leungit basana, ilang bangsana. Basa indung téh basa anu kaanggo pisan dina level personal. Yen ayeuna kedah tiasa janten basa sambutan,” ujar Farhan dalam sambutannya.
Ia juga menambahkan bahwa Pemerintah Kota Bandung berkomitmen menjaga ruang publik yang ramah terhadap ekspresi budaya dan seni. Salah satu langkah konkret yang akan dilakukan ialah menyesuaikan penamaan taman kota dengan sistem toponimi daerah. “Misalnya, Taman Lansia akan diubah menjadi Taman Cihapit atau Taman Diponegoro. Di balik nama daerah selalu ada cerita dan filosofi yang mendalam,” katanya.
Farhan menutup sambutannya dengan harapan dalam bahasa Sunda, “Mugia basa Sunda hurip kalawan hirup nanjung apanjang apunjung,” tutup Farhan.
Festival Tunas Bahasa Ibu 2025 menjadi momentum penting memperkuat kolaborasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam melestarikan bahasa daerah, khususnya bahasa Sunda, agar tetap hidup dan berkembang di tengah arus globalisasi.
Biro Komunikasi dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah