Kunjungan IShowSpeed ke Indonesia
Sumber: https://www.youtube.com/@IShowSpeed
Bahasa adalah identitas dan jati diri bangsa. Bahasa tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi, tetapi juga menjadi simbol persatuan dan kedaulatan. Di tengah derasnya arus globalisasi, kedaulatan bahasa Indonesia akan semakin kuat apabila mampu melampaui batas geografis dan hadir di kancah internasional. Bahasa yang berdaulat bukan hanya bahasa yang kokoh di negeri sendiri, melainkan juga bahasa yang mampu diakui, dipelajari, dan dipraktikkan oleh masyarakat dunia.
Fenomena yang belakangan ramai menjadi perbincangan publik, yaitu hadirnya kreator konten asal Amerika Serikat bernama Darren Watkins Jr. atau lebih dikenal dengan nama IShowSpeed, menjadi bukti nyata bagaimana bahasa Indonesia mulai menembus panggung internasional melalui jalur yang tidak disangka-sangka. IShowSpeed memiliki 43,4 juta pelanggan di YouTube dan 41,3 juta pengikut di TikTok membuat setiap gerak-geriknya selalu menjadi sorotan. Dominasi penonton IShowSpeed adalah generasi muda, yakni generasi Z dan Alpa yang berasal dari berbagai negara, utamanya negara Amerika Serikat, Cina, Australia, dan negara-negara di Asia Tenggara. Ketika berkunjung ke Indonesia dan berinteraksi dengan masyarakat, upayanya mengucapkan kata-kata sederhana seperti “apa kabar?” dan “terima kasih”, hingga menirukan ungkapan khas lokal lainnya sontak menjadi viral dengan lebih dari 53 juta penonton di YouTube. Hal sederhana itu justru memantik rasa bangga masyarakat Indonesia sekaligus memperkenalkan bahasa Indonesia yang berdaulat kepada khalayak global.
Kedaulatan bahasa tidak hanya semata-mata bergantung pada keputusan politik atau regulasi internasional, tetapi juga pada bagaimana bahasa tersebut dapat hidup, digunakan, dan diterima secara luas oleh masyarakat global. Pengakuan United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) pada tahun 2023 yang menjadikan bahasa Indonesia sebagai salah satu bahasa resmi Konferensi Umum UNESCO merupakan capaian monumental dalam diplomasi bahasa. Namun, capaian formal ini perlu diiringi oleh strategi inovatif agar bahasa Indonesia tidak hanya sekadar diakui, tetapi juga digunakan dan dipelajari oleh komunitas global. Di sinilah fenomena IShowSpeed dapat dipandang sebagai momentum, dia membuktikan bahwa pengenalan bahasa dapat dilakukan secara spontan, sederhana, dan viral. Satu kata yang diucapkan figur berpengaruh dapat menembus batas negara, budaya, dan generasi.
Bagi sebagian orang, fenomena ini mungkin hanya dianggap sebagai hiburan belaka. Namun, dari sudut pandang sosiolinguistik fenomena tersebut menegaskan bahwa bahasa Indonesia memiliki daya tarik simbolis yang dapat memantik perhatian masyarakat dunia. Ketika seorang figur populer internasional mencoba menggunakan bahasa suatu bangsa meski hanya beberapa kata, bahasa tersebut memperoleh peningkatan nilai prestise. Di satu sisi, bagi penutur asli kejadian tersebut tentunya menumbuhkan rasa bangga terhadap bahasanya sendiri. Di sisi lain, bagi penutur asing hal itu menjadi pintu masuk awal untuk mengenal dan bahkan mempelajari bahasa Indonesia lebih jauh lagi.
Jika menengok sejarah, gagasan penginternasionalan bahasa Indonesia bukanlah hal yang baru. Sejak awal abad ke-20, bahasa Indonesia sudah berfungsi sebagai simbol pemersatu bangsa dalam Sumpah Pemuda 1928. Setelah Indonesia merdeka, bahasa Indonesia semakin dikukuhkan kedudukannya melalui Undang-Undang Dasar 1945. Dalam perkembangannya, upaya memperkenalkan bahasa Indonesia ke dunia internasional dilakukan melalui berbagai cara. Salah satunya adalah pembukaan program Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) yang sampai kini terselenggara di 772 lembaga secara resmi di 57 negara yang telah menjangkau lebih dari 200 ribu pembelajar BIPA aktif berdasarkan catatan terakhir dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
Namun, sangat disayangkan dalam salah satu siaran langsung IShowSpeed saat di Yogyakarta dia mengatakan, “Awas, minggir lu miskin!” akibat saran yang tercetus di kolom bincang dari salah seorang pengikutnya. Saat itu, IShowSpeed meminta saran kepada penonton siaran langsungnya untuk kata-kata dalam bahasa Indonesia yang dapat mengendalikan kerumunan. Tanpa berpikir panjang, IShowSpeed melontarkan kalimat tersebut kepada penggemar yang hendak menghampiri dan menyapanya, tanpa mengetahui arti dari kata-kata yang dia ucapkan. Tidak dapat dimungkiri bahwa IShowSpeed seharusnya mengecek makna dari ungkapan tersebut sebelum dilontarkan. Namun, pengikut yang memberikan komentar dan saran untuk mengucapkan kata-kata tersebut juga seharusnya mengetahui bahwa tindakan yang dia lakukan dapat merusak penjenamaan IShowSpeed dan citra bahasa Indonesia, akibat penggunaannya yang tidak pantas.
Berdasarkan laporan dari Digital Civility Index (DCI) yang mengukur tingkat kesopanan pengguna internet, Indonesia dinobatkan sebagai negara dengan pengguna internet yang paling tidak sopan se-Asia Tenggara. Hal ini menunjukkan bahwa generasi muda berusia 13–28 tahun yang menjadi demografi umur utama berdasarkan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) masih belum mampu menjaga nilai kesantunan dalam berinteraksi di ruang digital.
Fenomena ini bagaikan pedang bermata dua karena di satu sisi kehadiran IShowSpeed yang mengucapkan beberapa kata dalam bahasa Indonesia mampu menumbuhkan minat masyarakat global untuk mempelajari bahasa Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa penginternasionalan bahasa tidak harus selalu bersifat formal dan kaku. Selama ini upaya mengenalkan bahasa Indonesia ke dunia sering dilakukan melalui jalur diplomasi budaya, pengajaran bahasa bagi penutur asing, atau kegiatan akademik. Meskipun strategi ini penting dan harus terus dilanjutkan, keberadaannya tetap memerlukan dukungan jalur nonformal yang lebih dekat dengan masyarakat global terutama generasi muda. Akan tetapi, di sisi lain kelakuan penonton yang menyarankan IShowSpeed untuk melontarkan kalimat yang penuh oleh hinaan tersebut dapat menggeser fungsi bahasa sebagai pemersatu bangsa sekaligus menurunkan martabat bahasa Indonesia.
Peran generasi muda menjadi kunci dalam penginternasionalan dan pemartabatan bahasa Indonesia. Fenomena IShowSpeed menunjukkan bagaimana anak muda global mengenal bahasa Indonesia bukan melalui buku teks, melainkan lewat interaksi spontan yang viral di internet. Generasi muda Indonesia yang akrab dengan dunia digital memiliki peluang besar untuk menjadikan bahasa nasional sebagai bagian dari ekosistem global. Mereka adalah pengguna aktif media sosial, kreator konten, pemain gim, dan pelaku industri kreatif yang mampu menjangkau audiens internasional secara instan.
Sebagai contoh, beberapa kreator muda Indonesia sudah rutin membuat konten berbahasa Indonesia dengan terjemahan bahasa Inggris di platform global. Ada pula musisi muda yang memasukkan lirik bahasa Indonesia dalam lagu-lagu mereka sehingga dapat diakses oleh pendengar lintas negara. Fenomena serupa dapat dilihat pada tren bahasa gaul Indonesia yang kerap digunakan oleh turis asing di Bali atau Yogyakarta setelah mempelajarinya dari teman-teman lokal. Semua ini menunjukkan bahwa bahasa Indonesia bisa masuk ke ranah internasional dengan pendekatan yang santai, dekat dengan keseharian generasi muda, dan tentunya relevan dengan budaya digital masa kini.
Jika dibandingkan dengan negara lain, strategi semacam ini bukanlah hal yang baru. Korea Selatan, misalnya, berhasil menginternasionalkan bahasa dan budayanya melalui gelombang Hallyu atau Korean Wave. Bahasa Korea kini dipelajari jutaan orang di dunia tidak hanya karena faktor diplomasi, tetapi juga karena daya tarik musik K-pop, drama, dan konten digital yang populer di kalangan anak muda. Jepang pun memiliki pengalaman serupa melalui penyebaran anime, manga, dan kuliner yang memperkenalkan kosakata bahasa Jepang ke berbagai belahan dunia. Selain itu, India juga berhasil membawa bahasa Hindi dan budaya Bollywoodke kancah global dengan cara serupa. Dari perbandingan ini Indonesia dapat belajar bahwa generasi muda dengan kreativitasnya di dunia hiburan dan digital adalah motor utama internasionalisasi bahasa.
Lebih jauh, fenomena IShowSpeed dapat dibaca sebagai momentum yang harus dimanfaatkan oleh bangsa Indonesia khususnya generasi muda. Namun, perlu digarisbawahi juga bahwa peristiwa ini menunjukkan kerentanan bahasa Indonesia untuk disalahgunakan di ruang publik dan menimbulkan kekeliruan bagi audiens internasional mengenai bahasa Indonesia. Kini tantangan berikutnya adalah bagaimana generasi muda Indonesia, baik sebagai pelajar, kreator, maupun aktivis, mampu mengelola momentum ini menjadi gerakan jangka panjang. Misalnya, dengan memperbanyak konten digital kreatif berbahasa Indonesia yang dilengkapi terjemahan, membuat film pendek berbahasa Indonesia untuk festival internasional, atau mengembangkan aplikasi pembelajaran bahasa Indonesia yang menarik untuk generasi global.
Namun, harus diakui bahwa perjalanan menuju internasionalisasi bahasa Indonesia tidaklah mudah. Bahasa Inggris masih mendominasi sebagai lingua franca dunia yang dituturkan oleh lebih dari 1,58 miliar orang berdasarkan riset dari Ethnologue, sementara bahasa Mandarin, Spanyol, dan Arab juga terus memperluas pengaruhnya. Tantangan yang nampak selain kurangnya etika generasi muda ketika berdialog di dunia maya adalah kurangnya standarisasi penggunaan bahasa Indonesia di ruang digital. Generasi muda Indonesia sering mencampur bahasa Indonesia dengan bahasa asing atau menggunakan bahasa gaul, sehingga identitas bahasa Indonesia di mata dunia tampak belum konsisten. Untuk itu, diperlukan keseimbangan antara kreativitas dan kaidah kebahasaan agar bahasa Indonesia tetap terjaga martabatnya.
Bahasa Indonesia akan berdaulat jika penginternasionalannya dilakukan dengan cara yang inovatif dan kreatif, sebagaimana terlihat dalam fenomena IShowSpeed. Kreativitas menjadi kunci agar bahasa Indonesia tidak hanya dipelajari di ruang kelas, tetapi juga hadir secara organik dalam kehidupan sehari-hari masyarakat global, baik melalui musik, film, media sosial, maupun interaksi langsung dengan figur internasional. Inovasi akan menjadikan bahasa Indonesia tidak sekadar alat komunikasi, tetapi juga simbol identitas yang membanggakan.
Dalam perspektif pendidikan, kedaulatan bahasa Indonesia tentu tidak bisa dilepaskan dari kualitas pendidikan nasional. Bahasa yang berdaulat lahir dari masyarakat yang memiliki literasi kuat, apresiasi tinggi terhadap bahasa nasional, dan kemampuan untuk menggunakannya dengan baik di berbagai bidang. Sebaliknya, pendidikan yang hebat membutuhkan bahasa yang kokoh sebagai medium utama untuk mentransfer ilmu pengetahuan, nilai, dan budaya. Kedua hal ini bersifat timbal balik. Jika mutu pendidikan meningkat, maka apresiasi terhadap bahasa Indonesia juga ikut meningkat dan sebaliknya.
Fenomena IShowSpeed mengajarkan bahwa terkadang hal-hal kecil dapat memicu dampak besar. Ucapan sederhana seperti “apa kabar?” atau “terima kasih” bisa membuka jalan panjang bagi bahasa Indonesia untuk dikenal lebih luas. Namun, perjalanan menuju internasionalisasi tidak boleh berhenti pada rasa bangga sesaat. Indonesia harus mampu mengubah fenomena ini menjadi strategi nyata, bahwa bahasa Indonesia hadir bukan hanya sebagai alat komunikasi domestik, melainkan juga sebagai bahasa yang diperhitungkan di panggung internasional. Di sinilah peran generasi muda kembali menjadi penentu. Dengan kreativitas, semangat, dan kepeduliannya, generasi muda dapat menjadi jembatan yang menghubungkan bahasa Indonesia dengan dunia.
Generasi muda memiliki peran penting dalam proses penginternasionalan bahasa Indonesia. Mereka hidup di era digital, yang membuat interaksi lintas negara bukan lagi sesuatu yang sulit, melainkan bagian dari keseharian. Media sosial, platform siaran daring, dan konten digital menjadi sarana baru bagi diplomasi budaya. Ketika generasi muda Indonesia mampu menghadirkan bahasa Indonesia dalam konten kreatif seperti musik, film pendek, siaran gim, hingga meme, maka bahasa Indonesia memperoleh tempat di ruang digital global. Fenomena IShowSpeed hanyalah salah satu contoh bagaimana kekuatan media digital dapat menjadikan bahasa Indonesia dikenal luas. Bayangkan jika jutaan anak muda Indonesia bersama-sama memperkenalkan kosakata sederhana seperti “selamat pagi”, “semangat”, atau “terima kasih” melalui konten digital internasional; efeknya tentu akan jauh lebih besar dibandingkan sekadar promosi formal melalui institusi negara.
Berdasarkan berita rri.co.id, IShowSpeed dikabarkan akan kembali menyambangi Indonesia untuk kedua kalinya, kabar ini mencuat setelah akun X resmi miliknya @ISHOwSpeedHQ, mengumumkan rencananya untuk datang kembali ke Indonesia. Dengan demikian, sebagai generasi muda yang peduli dengan kedaulatan bahasa yang melihat keberhasilan mengenalkan bahasa Indonesia dari kedatangan pertamanya, maka dapat mempersiapkan kembali momentum ini sebagai upaya penginternasionalan bahasa Indonesia yang lebih masif dan terstruktur.
Fenomena IShowSpeed menjadi bukti bahwa internasionalisasi bahasa Indonesia dapat dilakukan melalui cara yang kreatif dan inovatif. Bahasa Indonesia akan berdaulat jika mampu menembus batas geografis dan hadir secara organik dalam kehidupan masyarakat global. Momentum ini harus dikelola dengan baik agar tidak hanya berhenti sebagai tren sesaat, tetapi juga menjadi strategi jangka panjang. Namun, tidak dapat dimungkiri bahwa penginternasionalan bahasa Indonesia dapat mengalami kemunduran apabila generasi muda tidak dapat menjaga martabat bahasa di ruang digital. Alih-alih membanggakan, bahasa Indonesia dapat dicap sebagai bahasa yang identik dengan ujaran kebencian dan ekspresi kasar oleh audiens mancanegara. Pada akhirnya, kedaulatan bahasa Indonesia dan mutu pendidikan yang hebat adalah dua hal yang saling melengkapi. Keduanya akan semakin kuat apabila digerakkan oleh kreativitas dan kesantunan generasi muda. Dengan demikian, bahasa Indonesia dapat menjadi bahasa dunia yang diakui dan dibanggakan.
Ditulis oleh: Irqi Sheva Maulana dan Michelle Caroline (Duta Bahasa Provinsi Banten 2025) #InternasionalisasiBahasaIndonesia #Viral #BahasaIndonesiaMendunia #ImpianBanten #BantenJawara #DutaBahasaNasional2025 | Open Book Unduh Artikel |
Daftar Pustaka
Arianto, Ahmad. 2025. “Bahasa Berdaulat, Pendidikan Bermutu”. Kompas.id. Diakses pada 30 Agustus 2025. https://www.kompas.id/artikel/bahasa-berdaulat-pendidikan-bermutu.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 2024. “Mendikdasmen Canangkan Gerakan Bangga, Mahir, dan Maju dengan Bahasa Indonesia”. Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah. Diakses 26 Agustus 2025. .
Editor_BKHM. 2025. “Antusiasme Warga Rusia Pelajari Bahasa Indonesia, 149 Orang Ikuti Pembukaan Program BIPA”. Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah. Diakses 26 Agustus 2025. https://www.kemendikdasmen.go.id/siaran-pers/13263-antusiasme-warga-rusia-pelajari-bahasa-indonesia-149-orang-i.
Fathoni, Riza. 2023. “Bahasa Indonesia Bahasa Internasional”. Kompas.id. Diakses 26 Agustus 2025. https://www.kompas.id/artikel/bahasa-indonesia-bahasa-internasional.
Prasetyo, Adinda Jasmine. 2024. “Serba-serbi Kunjungan YouTuber IShowSpeed di Indonesia”. Tempo.co. Diakses 26 Agustus 2025. https://www.tempo.co/hiburan/serba-serbi-kunjungan-youtuber-ishowspeed-di-indonesia-7981.
Prameswari, Lintang Budiyanti. 2023. “Bahasa Indonesia Ditetapkan Jadi Bahasa Resmi Konferensi Umum UNESCO”. ANTARA News. Diakses 26 Agustus 2025. https://www.antaranews.com/berita/3832809/bahasa-indonesia-ditetapkan-jadi-bahasa-resmi-konferensi-umum-unesco.
Ririn Ramandani. 2025. “Peluncuran Permendikdasmen 2025 Perkuat Identitas Bangsa, Menegakkan Kedaulatan Bahasa Indonesia”. Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah. Diakses 26 Agustus 2025. https://www.kemendikdasmen.go.id/siaran-pers/12699-peluncuran-permendikdasmen-2025-perkuat-identitas-bangsa-men.
Redaksi CNN Indonesia. 2021. “Riset: Netizen di Indonesia Paling Tak Sopan se-Asia Tenggara.” CNN Indonesia. Diakses 26 Agustus 2025. https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20210225115954-185-610735/riset-netizen-di-indonesia-paling-tak-sopan-se-asia-tenggara.