Robohnya Surau Kami adalah kalimat pertama yang terlintas saat kita mendengar nama AA Navis disebut.
A.A. Navis adalah Ali Akbar Navis, lahir di Padangpanjang, Sumatera Barat, tanggal 17 November 1924. Ia merupakan sulung dari lima belas bersaudara. Navis memulai pendidikan di sekolah Indonesisch Nederiandsch School (INS) Kayutaman selama sebelas tahun. Perjalanan panjang yang ditempuh menuju sekolah itu dimanfaatkan Navis untuk membaca buku sastra yang dibelinya. Tema karya-karya Navis berkisar pada masalah kemanusiaan dengan mengedepankan warna kedaerahan Minangkabau. Melalui karya-karyanya, Navis berhasil menempatkan ungkapan-ungkapan lokal Minangkabau dengan tetap menempatkannya dalam konteks yang lebih luas, yakni persoalan bangsa dengan konsep yang universal. A.A. Navis meninggal dunia karena sakit di Rumah Sakit Pelni, Jakarta, tahun 2004.
Tahun ini, Kantor Bahasa Provinsi Banten, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi memperingati 100 tahun kelahiran AA Navis. dengan menggelar Acara bertajuk Robohnya Surau Kami dan Bangkitnya Sastra Indonesia. Kegiatan berlangsung selama tiga hari dengan rangkaian acara yakni gelar wicara, monolog, teater, dan musikalisasi puisi. Acara ini diselenggarakan pada Selasa s.d. Kamis tanggal 1-3 Oktober di Museum Maltatuli dan Hotel Bumi Katineung Rangkasbitung, Lebak.
Hari pertama, Selasa 1 Oktober 2024, acara dibuka oleh Nur Seha, Widyabasa Ahli Muda, mewakili Kantor Bahasa Provinsi Banten. Kepala Museum, Ubaidilah Muchtar hadir juga memberikan sambutan. Acara dihadiri oleh 90 peserta dari sekolah, komunitas, dan perguruaan tinggi yang ada di Kabupaten Lebak.
Pemateri pertama, Giri Mustika Roekmana dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, memberikan presentasi menarik tentang “Alih Wahana Karya AA Navis melalui Monolog”. Dalam sesi ini, Giri menyoroti bagaimana karya-karya Navis dapat diinterpretasikan melalui performatif, membawa nuansa baru pada teks yang telah ada. Peserta terlihat antusias mengikuti penjelasan dan menyaksikan beberapa contoh monolog yang diadaptasi dari karya Navis.
Rabu, 2 Oktober 2024, peserta mengikuti secara antusias paparan DC Aryadi yang membawakan tema “Alih Wahana Karya AA Navis melalui Teater”. Dalam sesi ini, Aryadi membahas bagaimana elemen-elemen teater dapat menghidupkan kembali karya-karya Navis, membuatnya relevan dengan konteks masa kini. Praktik pertunjukan teater yang ditampilkan berhasil menggugah emosi penonton dan menekankan keindahan bahasa serta pesan mendalam dari karya-karya tersebut. Selain teori, DC Aryadi juga mengajak peserta mempraktikkan alih wahana tersebut.
Pada puncak acara, Kamis, 3 Oktober 2024, kegiatan dimulai dengan penampilan musikalisasi puisi oleh siswa-siswi SMAN 1 dan 3 Rangkasbitung. Acara ini dihadiri oleh Kepala Dinas Pendidikan mewakili Pj Bupati Lebak yang memberi arahan dan dukungan penuh terhadap kegiatan sastra dan pelestarian karya-karya AA Navis.
Sesi telewicara menjadi puncak acara dengan menghadirkan sastrawan ternama Acep Zamzam Noor, Dr. Firman Hadiyansyah dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, dan Asep Juanda, S. Ag., M. Hum, Kepala Kantor Bahasa Provinsi Banten. Diskusi yang dipandu dengan penuh antusias oleh Ubaidillah Muhtar membahas tentang karya-karya AA Navis dan relevansinya dengan kondisi sastra Indonesia saat ini.
Akhir acara, penonton disuguhkan pertunjukan teater “Robohnya Surau Kami”, sebuah karya ikonik AA Navis yang dihidupkan kembali dengan sentuhan kreatif. Pertunjukan ini menjadi penutup dan meninggalkan kesan mendalam tentang kontribusi AA Navis dalam dunia sastra dan kebudayaan Indonesia.
Peringatan 100 tahun AA Navis bukan sekadar mengenang karya-karyanya, tetapi juga merayakan kebangkitan sastra Indonesia. Dengan berbagai rangkaian acara yang diadakan, semangat dan pemikiran AA Navis akan terus hidup dalam benak generasi mendatang.
Salam sastra, salam bahasa
Berbahasa Cerdas untuk Generasi Emas

 
                    